GEOSAKTI : SARESEHAN UNTUK NUSANTARA #3
GEOSAKTI : SARASEHAN UNTUK NUSANTARA #3 Panas Bumi Sebagai Alternatif EBT & Solusi Krisis Energi Masa Depan
Jakarta, Jul 04, 2020
Geosakti: Sarasehan Nusantara #3, Panas Bumi Sebagai Alternatif EBT & Solusi Krisis Energi Masa Depan
Speaker: Ir. Yudistian Yunis, M.Eng. (P.T. PLN Gas dan Geothermal
Moderator: Fikri Adam Darmawan, S.T., M.T. (Ormat Geothermal Indonseia)
Panas bumi berbeda dengan energi yang lain, karena Panas bumi hanya dimanfaatkan secara insitu untuk di olah menjadi tenaga listrik (PLTP). Indonesia sendiri termasuk 10 negara pengguna listrik yg berasal dari tenaga panas bumi, bahkan berada di posisi ke dua di dunia pada tahun 2019 dengan 2133 MW. Berawal pada tahun 1926 pengeboran Panas bumi pertama di Kamojang dan 1977 power plant pertama di Indonesia, eksplorsi Panas bumi terus berkembang di Indonesia yang kini memiliki cadangan 23.962 MW yg teraebar pda 64 wkp.
Indonesia merupakan kontributor Panas bumi terbesar ke dua di dunia, hal tersebut dikarenakan posisi geologi indonesia yg di kelilingi gunung api yang dapat menghasilkan Panas bumi dengan tipe sitem volkanik. Namun, untuk metode eksplorasi ke depan kini tipe non sitem volkanik telah dikembangkan seperti sistem geopressure, sistem hot dry rock, dan sistem magma tap.
Untuk merealisasikan Paris Agreement, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi energi fosil dan beralih ke energi terbarukan yg salah satunya adalah energi Panas bumi. Komitmen tersebut direncanakan pada tahun 2025 akan ada peningkatan bauran pembangkit listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT) yg saah satunya adalah Panas bumi hingga 23%. Berdasarkan hal tersebut Ekplorasi Panas bumi sangat diperlukan untuk mengejar target yang diajukan oleh penerintah. Maka, sebagai explorasionist seorang geologist sangat diperlukan untuk terus mendukung program pemerintah dalam kasus EBT dalam terus mencari potensi Panas bumi di Indonesia.